Banyak orang tua masih menggunakan ancaman sebagai alat untuk mengontrol perilaku anak: “Kalau kamu tidak diam, nanti tidak boleh main!” atau “Awas ya, kalau kamu berantakin lagi, Ibu marah!”
Meskipun mungkin efektif sesaat, metode ini bisa menumbuhkan rasa takut, bukan rasa tanggung jawab. Anak bisa jadi patuh karena takut, bukan karena mengerti bahwa tindakannya salah.
Sebagai alternatif, gunakan pendekatan positif dan empatik:
-
Validasi emosi anak (“Kamu kesal karena mainannya rusak, ya?”).
-
Tawarkan pilihan (“Kamu mau membereskan mainan sekarang atau lima menit lagi?”).
-
Fokus pada konsekuensi alami (“Kalau kamu tumpahkan air, kamu bisa bantu lap ya.”).
Pendekatan ini membantu anak mengembangkan disiplin dari dalam dirinya, bukan dari tekanan luar. Hasilnya, anak lebih mandiri dan sadar akan tindakannya.
Leave a Reply